Senin, 30 September 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran
1.    Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah tingkat perencanaan program bersifat menyeluruh yang berhubungan erat dengan langkah-langkah penyampaian materi pelajaran secara prosedural, tidak saling bertentangan. Dengan kata lain metode adalah langkah-langkah umum tentang penerapan teori-teori yang ada pada pendekatan tertentu (Hermawan, 2011:168), jadi metode bisa diberi pengertian sebagai sistematika umum bagi pemilihan, penyusunan, serta penyajian materi.

2.    Teknik Pembelajaran
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang bagaimana yang harus dilakukan agar metode ceramah yang dilakukan berjalan efektif dan efisien? Dengan demikian sebelum seorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi.
3.    Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

4.    Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didisain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (J.R. David dalam Sanjaya, 2008:126). Selanjutnya dijelaskan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Kemp dalam Sanjaya, 2008:126). Nana Sudjana menjelaskan bahwa strategi mengajar (pengajaran) adalah “taktik” yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar (pengajaran) agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pengajaran secara lebih efektif dan efisien (Nana Sudjana dalam Rohani, 2004:34).
Jadi menurut Nana Sudjana, strategi mengajar/pengajaran ada pada pelaksanaan, sebagai tindakan nyata atau perbuatan guru itu sendiri pada saat mengajar berdasarkan pada rambu-rambu dalam satuan pelajaran. 
B.     Tinjauan Tentang Pembelajaran Muhadatsah
1.    Pengertian Muhadatsah
Muhadatsah merupakan pelajaran Bahasa Arab dengan tujuan utama agar siswa mampu bercakap-cakap dalam pembicaraan sehari-hari dengan Bahasa Arab (Ahmad Izzan, 2009:116). Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan bahasa yang ingin dicapai dalam pembelajaran bahasa. Menurut Hermawan (2011:136) Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain
Kemampuan berbicara menurut penguasaan terhadap beberapa aspek dan kaidah penggunaan bahasa. Secara kebiasaan, pesan lisan yang disampaikan dengan berbicara merupakan penggunaan kata-kata yang dipilih sesuai dengan maksud yang perlu diungkapkan. Kata- kata itu dirangkai dalam susunan tertentu menurut kaidah tata bahasa, dan dilafalkan sesuai kaidah pelafalan pula.
Jadi, berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal balik dengan menggunakan bahasa sebagai medianya dan dilakukan secara lisan. Dengan berbicara seseorang berusaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaanya dengan orang lain secara lisan.
Kemampuan berbicara Bahasa Arab adalah keterampilan penyampaian pesan secara lisan dengan menggunakan Bahasa Arab sebagai medianya, dengan tidak mengabaikan kaidah penggunaan bahasa sehingga apa yang disampaikan dapat dengan mudah dimengerti oleh lawan bicara atau penerima pesan.
2.    Pentingnya Mempelajari Muhadatsah
Mempelajari suatu bahasa pada umumnya bertujuan untuk memahami bahasa itu sendiri. Pembelajaran bahasa yang dimaksudkan di sini adalah bahasa menurut linguistik, bukan bahasa tulisan tetapi sebagai bahasa ujaran (lisan). Karena semua orang di dunia sebelum bisa menulis sudah bisa berbicara, walau masih buta huruf  dan terbelakang. Hal ini berarti bahwa bahasa lisan merupakan gambaran bahasa yang paling sempurna, karena pada bahasa tersebut terdapat mimik, tekanan, intonasi, prosadi dan seterusnya. Obyek penyelidikan ilmu bahasa itu ialah bahasa lisan, bukan bahasa tulisan.
Linguis berkata bahwa “speaking is language”. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Ujaran sebagai suatu cara berkomunikasi sangat mempengaruhi kehidupan-kehidupan individual manusia. Dalam sistem inilah manusia saling bertukar pendapat, perasaan, dan keinginan. Dan sistem inilah yang memberi keefektifan bagi individu dalam mendirikan hubungan mental dan emosional dengan anggota-anggota lainnya. Agaknya tidak perlu disangsikan lagi bahwa betapa besarnya peranan bahasa dan komunikasi dalam kehidupan manusia.
Muhadatsah (bercakap-cakap) merupakan hal yang penting dan utama  untuk dapat menguasai Bahasa Arab dengan cepat dan mudah. Untuk dapat menguasai Bahasa Arab tentu tidak semudah membalik telapak tangan, akan tetapi membutuhkan waktu yang panjang dengan melalui proses latihan-latihan yang kontinu baik latihan ucapan ataupun latihan pengutaraan pikiran secara lisan.
Secara umum keterampilan berbicara bertujuan agar para pelajar mampu berkomunikasi lisan secara baik dan wajar dengan bahasa yang mereka pelajari (Hermawan, 2011:136).

3.    Pelaksanaan Pembelajaran Muhadatsah
Dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan muhadatsah tentu harus memperhatikan metode-metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut diantaranya: dialog (Al-hiwar), praktek pola (Tathbiq Al-namudzaj), percakapan kelompok (Al-hiwar Al-jama’i), bermain peran (Al-tamtsil), praktek ungkapan soal (Tathbiq Al-ta’birat Al-ijtima’iyyah), praktek lapangan (Al-mumarasah fi al-mujtama’), problem solving (Hill Al-musykulat).
a.    Dialog melalui gambar (Al-hiwar Bil-shuwar)
Teknik ini diberikan agar para pelajar dapat mengetahui fakta secara spontan dengan melihat gambar yang sudah disiapkan oleh pengajar, dalam hal ini guru harus mempersiapkan gambar-gambar dan menunjukkan satu persatu kepada pelajar sambil bertanya, lalu para pelajar menjawab sesuai dengan gambar yang ditunjukkan.
b.    Praktek pola (Tathbiq Al-namudzaj)
Praktek pola adalah bentuk latihan praktek penyempurnaan kalimat tertentu yang didahului oleh soal-soal yang tidak lengkap, acak, atau penambahan yang sudah lengkap. Misalnya jumlah dasar “qoro’al ahmad al-jaridah”, penambahan “qoro’al ahmad al-jaridah sobahan”.
c.    Percakapan kelompok (Al-hiwar Al-jama’i)
Peralatan yang harus disiapkan adalah tape-recorder untuk merekam semua percakapan. Dalam satu kelas para pelajar dibagi dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok diberi judul cerita yang sederhana, dari cerita tersebut mereka berbicara sesuai dengan judul. Dalam latihan ini para pelajar bergonta-ganti mengatakan sesuatu yang disambung oleh teman-teman sekelompoknya sehingga menjadi sebuah cerita yang lengkap. Setelah percakapan selesai rekaman diputar untuk didiskusikan dengan para pelajar, baik mengenai isi, pola, intonasi dan sebagainya.
d.   Bermain peran (al-tamtsil)
Pada aktivitas ini guru memberikan tugas peran tertentu yang harus dilakukan oleh para pelajar, misalnya guru memberikan tugas: Ragakanlah! Jika kamu seorang guru, dan maman seorang muridmu. Apa yang kalian lakukan ketika bertemu dijalan. Lalu murid memperagakan peran tersebut.
e.    Praktek ungkapan sosial (Tathbiq Al-ta’birat Al-ijtima’iyyah)
Ungkapan sosial maksudnya adalah perilaku-perilaku sosial saat berkomunikasi yang diungkapkan secara lisan, misalnya mengungkapkan rasa kagum, gembira, ucapan perpisahan, member pujian, dan sebagainya.
f.     Praktek lapangan (al-mumarasah fi al-mujtama’)
Praktek lapang maksudnya adalah berkomunikasi dengan penutur asli di luar kelas. Tentu saja aktivitas ini hanya bisa dilakukan di tempat-tempat yang ada penutur asli Bahasa Arab. Mungkin bisa dilakukan di institusi seperti kedutaan dan lembaga pendidikan yang berbasih pesantren.
g.    Problem solving (hill al-musykulat).
Problem solving atau pemecahan masalah biasanya dilakukan dalam bentuk diskusi. Aktivitas ini bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Misalnya guru memberikan tugas berkemah, tugas murid yaitu mendiksusikan apa saja yang harus disiapkan dalam acara tersebut dengan menggunakan Bahasa Arab.
C.    Sekilas Tentang Pondok Pesantren Darul Lughah
1.        Sejarah Singkat PP Darul Lughah
Pondok Pesantren Darul Lughah yang terletah di Kampung Akkor Desa Palengaan Kabupaten Pamekasan adalah salah satu lembaga pendidikan swasta yang tertarik pada pendidikan Islam dan pengembangan Bahasa Arab, pondok pesantren Darul Lughah ini didirikan oleh H. Achmad Gazali Salim, Lc pada tahun 1995 dengan nama Dar al-Lughah dan Islamic Centre (DLLC) yang mempokuskan materinya pada penguasaan Bahasa Arab, baik dalam metode pembelajaran, komunikasi dan grematikal.
Melihat murid semakin bertambah setiap tahunnya dan dukungan dari masyarakat sekitar untuk menjadikan Dar al-Lughah dan Islamic Centre (DLLC) menjadi pondok pesantren Darul Lughah akhirnya ketua yayasan sekaligus pengasuh membuat kesepakatan untuk menjadikan Dar al-Lughah sebagai pondok pesantren yaitu pada tahun 2004 dengan nama Darul Lughah Waddirasatil Islamiyah (DLWI).
2.        Program Kerja Pondok Pesantren Darul Lughah
Programa kerja pondok pesantren Darul Lughah Pamekasan tidak berbeda jauh dangan program pondok yang ada di Indonesia umumnya yaitu dengan menggunakan 24 jam pembelajarannya, yang diawasi secara ketat oleh pengurus, ada beberapa prongram pondok diantaranya:
1.        Penerapan Bahasa Arab secara tertulis dan lisan
2.        Study banding dengan lembaga-lembaga lain dalam rangka untuk menghidupkan kembali Bahasa Arab antara siswa dan untuk menunjukkan syiar Islam
3.        Pelatihan mempersiapkan murid yang ingin melanjutkan studi ke Timur Tengah
4.        Pembentukan tenaga pengajaran Bahasa Arab setiap tahunnya ketika bulan Ramadhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar