BAB V
PEMBAHASAN HASIL TEMUAN
Dalam pembahasan
ini, akan digambarkan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian yang telah
dilakukan dan hasil data yang diperoleh melalui beberapa teknik pengumpulan
data dan prosedur penelitian, sehingga dapat ditarik ksimpulan.
1. Metode Pembelajaran Muhadatsah di PP. Darul Lughah
Metode pembelajaran muhadatsah di PP.
Darul Lughah menggunakan metode elektik dapat diartikan metode
kombinasi atau gabungan, Hermawan
(2011:196) mengatakan, “yang dimaksud dengan gabungan disini bukan
menggabungkan semua metode sekaligus, tetapi suatu metode tertentu dipandang
dapat mengatasi metode yang lain, teknik metode eklektik dapat dilakukan dengan cara
menyajikan bahan pelajaran asing didepan
kelas dengan melalui bermacam-macam kombinasi beberapa metode”, misalnya metode elektik yang
di pakai PP. Darul Lughah adalah metode ceramah, Tanya jawab, dan diskusi.
Metode ceramah yang dipakai dalam
pembelajaran di PP. Darul Lughah adalah guru membaca dan menjelaskan materi
pelajaran tersebut, para santri mendengarkan dan memperhatikan apa yang
dijelaskan guru. Sebagaimana yang telah dikatakan pengasuh pondok Darul Lughah
KH. A. Ghazali, Lc bahwa kami menggunakan metode tersebut ketika menjelaskan
pelajaran, jadi guru menjelaskan dan santri memperhatikan. Sebagaimana menurut
Daradjat dan Zakiyah (2008: 289), seorang guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu
tertentu (waktu terbatas) dan tempat tertentu pula. Dilaksanakan dengan bahasa
lisan untuk memberikan pengertian terhadap sesuatu masalah, cara tersebut
sering juga disebut dengan metode kuliyah.
Sedangkan kelebihan dan kekurangan
metode ceramah tersebut ialah, pertama dalam waktu relative singkat
dapat disampaikan bahan pelajaran dengan sebanyak-banyaknya, kedua organisasi
kelas lebih sederhana. Ketiga guru dapat menguasai kelas dengan mudah
walaupun jumlah muridnya banyak, Keempat metode fleksibel dalam artian
jika waktu terbatas maka pelajaran dapat disingkat mengambil intisarinya saja,
dll. Kekurangannya adalah, pertama guru sukar mengetahui kemampuan
murid, kedua para murid cenderung bersifat fasif, ketiga guru
terlalu mengejar target sejumlah bahan yang banyak, sehingga pelaksanaan lebih
bersifat pemompaan. Sebaiknya guru harus menjelaskan jam khusus yang akan
dipelajari para murid, mempertimbangkan kembali apa cocok atau tidak, bahan
ceramah dapat menarik perhatian dan minat murid, dapat memberi pesan dan
pengertian kepada murid. Setidaknya metode ceramah di selingi dengan variasi
yang lain. Maka dari hal ini pondok pesantren Darul Lughah menggabungkan metode
ini agar pelaksanaan pembelajaran lebih efektif.
Metode Tanya jawab dalam pembelajaran
di Darul Lughah adalah ketika guru selesai menjelaskan dengan metode ceramah
guru memberikan kesempatan kepada murid untuk bertanya kalimat yang belum di
pahami atau kalimat-kalimat yang sulit, terkadang juga guru yang bertanya
kepada murid untuk melihat sebatas mana pemahaman mereka tentang pelajaran
tersebut. Sebagaimana yang dijelaskan
oleh KH. A. Gazali, Lc selain kami menggunakan metode ceramah kami juga
menggunakan metode Tanya jawab agar pengajar tahu sejauh mana pemahaman mereka
dalam pelajaran. Sedangkan menurut Daradjat dan Zakiyah (2008:308), adalah
salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang
terdapat pada merode ceramah. Ini disebabkan karena guru dapat memperoleh
gambaran sejauhmana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang teleh
diceramahkan. Sedangkan kelebihan dan kekurangan metode ini ialah, pertama situasi
kelas lebih hidup karena para murid aktif berpikir dan menyampaikan buah
pikirannya selalui Tanya jawab, kedua sangat positif untuk melatih anak
agar berani mengungkapkan pendapat dengan lisan secara teratur, ketinga murit
akan sungguh-sunggu dalam dalam mengikuti pelajaran karena untuk mempersiapkan
pertanyaan. Kelemahannya adalah, pertama terjadi perbedaan pendapat
diantara murid maka akan menyita banyak waktu, kedua, kemungkinan akan
menyimpang dari pokok pembahasan.
Metode diskusi yang dipakai Darul
Lughah dalam pembelajarannya adalah,
setelah guru menjelaskan dan murid memahaminya maka guru membuat kelompok untuk
melakukan diskusi dengan topik ditentukan oleh guru yang berkenaan dengan judul
pelajaran, hal ini tidak selamanya di peraktekkan di akhir pelajaran tetapi
yang rutin dilaksanakan pada malam Minggu. Sebagaimana yang di ungkapkan Ust
Najibuddin bahwa, “kami melakukan diskusi dalam pembelajaran tidak sebanyak
muhadatsah yang berpasang-pasangan, tapi kami rutin melakukan diskusi pada
malam minggu”. Sebagaimana dalam metode ini menunjukkan bahwa
upaya-upaya yang dilaksanakan oleh PP. Darul Lughah sangat mendukung sekali
dalam melatih berbicara Bahasa Arab. Menurut Daradjat dan Zakiyah (2008:292),
dalam dunia pendidikan metode diskusi ini mendapat perhatian karena dengan
diskusi akan merangsang murid-murid berpikir atau mengeluarkan pendapat
sendiri, metode ini biasanya erat dikaitkan dengan metode lainnya, misalnya
metode ceramah, karyawisata dan lain-lain, hal ini diperkuat oleh Hermawan
(2011:136) secara umum keterampilan berbicara bertujuan agar para pelajar mampu
berkomunikasi lisan secara baik dan wajar dengan bahasa yang mereka pelajari.
Sedangkan kelebihan dan kekurangan dari
metode diskusi ialah, pertama suasana kelas menjadi hidup, kedua,
menggerakkan perhatian dan pikiran kepada permasalahan yang sedang dibahas, ketiga
dapat mempertinggi prstasi pribadi seperti semangat toleransi, jiwa
demokrasi, kritis dalam berpikir, dll, keempat anak-anak dilatih
mematuhi peraturan, kelima sebagai pengalam berharga nanti dimasyarakat.
Sedangkan kekurangan metode diskusi ialah, pertama tidak selamanya mudah
bagi murid untuk mengatur cara-cara berpikir sistimatis dan rapi, kedua
biasanya guru kesulitan mendunga penyelesaiian dan hasil diskusi karena waktu
yang digunakan cukup panjang. Sebaiknya tehnik-tehnik yang wajar adalah pertama
apakah sudah menjelaskan maalah-masalah pokok, kedua masalah-masalah
yang baru timbul apakah diserahkan kepada forum atau dijawab oleh guru, ketiga
bagaimana untuk menggugah partisipasi murid-murid dalam diskusi, keempat
bagaimana sikap guru dalam terhadap pembahasan yang salah, kelima dapatkah
tatatertip terpelihara selama diskusi.
Dari
pembahasan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode yang dipakai PP.
Darul Lughah adalah metode elektik yaitu kombinasi
antara metode ceramah, tanya jawan, dan diskusi. Tetapi selain
itu peneliti tertarik pada metode yang dilakukan oleh PP. Darul Lughah pada
setiap hari Kamis pagi bahwa mereka bermuhadatsah dengan mencari bahan sendiri
dan topik ditentukan oleh guru pengajar misalnya di lingkungan kamar mandi
mereka mencari apasaja yang ada di kamar mandi ditulis dan ditambah kata kerja
seputar kamar mandi oleh pengajar, setelah itu mereka langsung bermuhadatsah
memperaktekkan dari hasil temuan yang diawasi oleh guru pengajar. Sebagai mana
yang telah di ungkapkan oleh pegasuh pondok metode ini dinamakan muhadatsah hurroh
atau muhadatsah yang tidak pernah putus harus berbicara terus.
Yang di maksud dengan metode bermain
peran yang dilakukan PP. Darul Lughah
ialah guru memberikan tugas kepada beberapa murid atau dibagi perkelompok
misalnya meragakan situasi di pasar, sebagaimana yang dikatakan Ust, Faiz
“terkadang ketika mengajar saya memberikan tugas kepada santri untuk
mempersiapkan praktek memperagakan situasi di pasar, masjid, dll. Sesuai dengan
kemampuan mereka dalam berbicara baik itu sendiri-sendiri maupun perkelompok.
Sedangkan menurut Hermawan adalah, “Pada
aktivitas ini guru memberikan tugas peran tertentu yang harus dilakukan oleh
para pelajar” (2011: 141)
Sistim pembelajaran yang digunakan
Darul Lughah adalah sistim Prosedur Pengembangan Sistim Instruksional (PPSI)
sebagaimana yang diungkapkan oleh KH. A. Gazali, Lc. Pembelajaran muhadatsah di
Darul lughah sudah mempunyai tujuan, yaitu agar supaya santri bisa
berkomunikasi secara aktif bukan pasif, aktif dalam artian santri bisa memahami
kitab dan tahu nahu sharafnya, dan bisa berbicara dengan siapa saja. Sudah
mempunyai materi pelajaran yaitu dengan menggunakan kitab Mihadatsah dan
Muthala’ah Arabiyah. Mempunyai metode yang mana metodenya menggunakan
metode gabungan antara metode ceramah, Tanya jawab, dan diskusi. Dan mempunyai
alat evaluasi yaitu dengan cara berbicara langsung dengan santri, evaluasi
setiap akhir pelajaran, dan ada evaluasi akhirnya evaluasi lisan tan tulisan
yang diadakan setahun dua kali. Sedangkan menurut Imansjah Alipandle PPSI
adalah suatu bentuk pengajaran yang diatur menurut suatu sistem, yaitu sebagai
suatu kesatuan yang terorganisir, yaitu terdiri dari sebuah komponen yang
saling berhubungan antara satu dengan yang
lain, dalam rangka mencapai suatu tujuan. Komponen yang harus ada dalam
PPSI antara lain adalah, materi pelajaran, metode mengajar, alat atau media,
evaluasi, dan lain-lain yang kesemuanyan saling berintraksi guna mencapai
tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu (1984:163).
Langkah-langkah pokok dalam PPSI,
merumuskan tujuan instruksional umum dan khusus, menetapkan materi atau bahan
pelajaran, menentukan alat pelajaran, menetapkan alat evaluasi. Sebagaimana
hasil wawancara, dokumentasi dan observasi bahwa di PP. Darul Lughah telah
menentukan langkah-langkah tersebut yaitu pertama tujuan umum sebagaiman telah
di ungkapkan KH. A. Gazali, Lc, tujuannya adalah agar santri bisa berbicara
Bahasa Arab dengan siapapun, sedangkan tujuan khususnya murid bisa memahami
tentang nahwu, sharaf, dan kitab kuning. Sedangkan materinya muhadatsah dan
muthala’ah muhadatsah. Media atau alat-alat mengajarnya seperti, papan tulis,
sepidol, gambar, tipe recorder, proyektor. Untuk alat evaluasi PP. Darul Lughah
yaitu berbentuk tes, tes tulis dan tes lisan yang diadakan setiap dua kali
dalam satu tahun, dan ada juga tes langsung yaitu guru bermuhadatsa langsung
dengan murid ketika pelajaran muhadatsah.
Pembagian kelas yang ada di PP. Darul
Lughah yaitu dibagi tiga Ibtida’, mutawassit, dan mutaqoddim,
sebagai mana yang telah di kemukakan oleh pengasuh pondok Darul Lughah KH. A. Gazali, Lc bahwa
“pembelajaran disini kami bagi menjadi tiga kelas agar tingkat pemahaman
pelajaran bisa diseimbangkan, karena dari mereka pemahamannya tidak sama”.
Ibtida’ adalah tingkat pemula yang tingkat pemahaman Bahasa Arabnya masih
rendah, sedangkan mutawassit adalah tingkatan pemahamannya sedang yaitu sudah
mulai memahami Bahasa Arab, dan mutaqoddim adalah tingkatan tertinggi atau
tingkat terakhir di dalam jenjang pembelajaran, jadi untuk menentukan
tingkatannya bukan dilihat dari ijazah dan umur tapi dari pemahaman Bahasa
Arabnya. Sebagaimana menurut Howard
Gardner kecerdasan bisa di bagi Sembilan yaitu, Kecerdasan bahasa, logika
matematika, spasial, music, kinestetik, interpersonal, intrapersonal,
naturalistic, eksistensial (2008: 5). Sedangkan untuk menentukan tingatan kelas
di Darul Lughah adalah hanya menggunakan kecerdasan bahasa.
Langkah-langkah pembelajaranya
adalah; pertama, mukaddimah pada
tahap ini guru harus mengupayakan bagaimana mengkonsentrasikan perhatian murid
kepadanya. Kedua, bacaan percontohan (qiraah namudzajiyah) pada langkah
ini guru harus membaca berulang kali teks al-muhadatsah (materi pelajaran) dan
diikuti peserta didik. Ketiga menerjemah teks. Pada langkah ini guru
menterjemah teks muhadatsah jika dibutuhkan. Keempat membaca perorangan
(qiro’ah fardiyah) pada langkah ini guru menunjuk beberapa murid membaca
kembali untuk meyakinkan sejauh mana kemampun murid dalam menirukan intonasi
dan makhrajil huruf sebagaimana yang telah di contohkan sebelumnya. Kelima menghafal
teks muhadatsah, Keenam penerapan muhadatsah dimana setiap dua orang
dari mereka dibuat brhadap-hadapan dalam posisi duduk atau berdiri, Ketujuh Pengelompokan
disini guru mensetting peserta didik menjadi kelompok-kelompok agar dapat
bersaing antara satu kelompok dengan kelompok lain, Kedelapan Pengembangan
materi muhadatsah, sedangkan untuk tingkat Ibtida’ kedelapan adalah
evaluasi. Dan yang terakhir adalah
evaluasi, yaitu guru berkomunikasi langsung dengan murid.
Jadi dalam prakteknya penggunaan metode
mengajar tidak digunakan sendiri-sendiri, tapi merupakan kombinasi dari
beberapa metode-metode mengajar. Mengigat metode ceramah banyak segi yang
kurang menguntungkan, maka harus didukung dengan alat, media atau metode-metode
lain, karena itu setelah guru memberikan ceramah maka dipandang perlu
memberikan kepada murid mengadakan Tanya jawab. Tanya jawab ini di perlukan
untuk mengetahui pemahaman murid terhadap apa yang telah disampaikan guru
melalui metode cerama, untuk lebih memantapkan penguasaan siswa terhadap bahan
yang telah disampaikan, maka tahap selanjutnya siswa di beri tugas misalnya
membuat tugas kesimpulan ceramah, pekerjaan rumah, diskusi, dan sebagainya,
diakhir diskusi diberi beberapa tugas yang harus dikerjakan saat itu juga
maksudnya untuk mengetahui hasil yang dicapai, seperti menyimpulkan hasil
diskusi dan diberikan kepada guru pengajar. Sedangkan di PP. Darul Lughah sama
halnya dengan apa yang telah di jelaskan oleh, Saiful Bahri (2010: 49) yaitu
menggunakan metode gabungan antara metode ceramah, diskusi, dan Tanya jawab,
dan diakhir pelajaran ada muhadatsah, diskusi dan melaporkan hasil diskusi
kepada guru pengajar.
Di PP. Darul Lughah mengadakan
bimbingan bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikan strata satu di Timur
Tengah setelah peneliti datang kelapangan pada hari Senin, 04 Maret 2013. “Bahwa ada beberapa santri yang datang dari
berbagai daerah seperti Sampang, Pamekasan, dll. Mereka mendapatkan bimbingan
terlebih dahulu yaitu pada hari Jum’at pagi, itu semua untuk mempersiapkan materi
pemberangkatan Darul Lughah menjadi tempat bimbingan karena pengasuh Darul
Lughah adalah alumni Timur Tengah dan juga setiap mengirim santri ke sana
langsung diterima atau lulus tes, maka dari itu banyak yang mondok kesana
sebelum pemberangkatan”. Dan juga di PP. Darul Lughah mengadakan pondok
Ramadhan atau membuka kursus umum untuk semua golongan yang dilaksanakan pada
bulan Ramadhan baik itu mahasiswa maupun anak SD yang kelasnya dibagi sesuai
dengan tingkat kemampuan bahasanya. Sebagaimana yang dikatakan oleh pengasuh
pondok PP. Darul Lughah adalah, “setiap bulan Ramadhan kami membuka kursusan
umum tidak memandangan yang mendaftar masih SD ataupun mahasiswa yang
terpenting mereka mau belajar dan pembagiannya sesuai dengan tingkat kemampuan
bahasa mereka, dan alhamdullah tahun ini santri meningkat dari tahun sebelumnya
tahun kemaren 350 tetapi tahun sekarang meningkat menjadi 410 santri”.
2.
Kendala-Kendala
Pembelajaran Muhadatsah Di PP Darul Lughah
Kendala
interen dan exteren, kendala interen ialah kurangnya disiplin waktu dalam
pembelajaran, santri sering terlambat, setelah peneliti beberapa kali
berkunjung ke tempat penelitian untuk mengamati pembelajaran beberapa kali juga
murid datang ketika pelajaran sudah dimulai.
Kurangnya bakat santri sehingga santri jarang mengukuti perlombaan
sebagai mana yang di ungkapkan Ust Faiz, santri disini jarang mengikuti
perlombaan-perlombaan dan beliau tidak menjelaskan mengapa jarang mengikuti
perlombaan. Di PP. Darul Lughah tidak mempunyai organisasi santri, jadi semua
bentuk kegiatan dan pembelajaran tergantung kepada pengasuh dan para guru.
Sedangkan
menurut Abu Ahmadi (2005:104) faktor interen yaitu fisiologis (kondisi
fisiologis umum dan kondisi panca indra), psikologis (minat, kecerdasan, bakat,
motivasi, kemampuan kognitif) Ekstren yaitu lingkungan (alam dan sosial),
instrumental (kurikulum, program/bahan, sarana dan fasilitas, guru).
Sedangkan
kendala di PP. Darul Lughah kurangnya minat sehingga santri malas masuk kelas,
bagi santri kelas ibtida’ mereka masih kesulitan dalam berbicara Bahasa Arab
atau bermuhadatsah. kedua tingkat kecerdasannya berbeda-beda sehingga bagi
santri yang belum hapal tidak masuk kelas dengan berbagai alasan. Motivasi
mereka dalam belajar ialah kalau kelas satu termotivasi karena mereka harus
bisa berbicara Bahasa Arab, dan kelas akhir mereka termotivasi karena jika
nilai dan Bahasa Arabnya baik maka akan mudah untuk melanjutkan ke perguruan
luar negeri.
Faktor
ekstren dihadapi PP. Dalur Lughah adalah faktor lingkungan karena posisi
bagunannya berada di pinggir jalan jadi jika kendaraan lewat maka proses
belajar akan terganggu. Menurut Abu Ahmadi (2005:104) Lingkungan sosial, baik
yang berwujud manusia maupun hal-hal yang lainnya. Lingkungan sosial yang lain,
seperti suara pabrik, hiruk piruk lalau lintas, gemuruhnya pasar, dan
sebagainya. Ini sebagai faktor ekstern dari hal lingkungan.
Di
PP. Darul Lughah masih kekurangan dalam hal sarana karena dalam pembelajarannya
menggunakan masjid sebagai kelas, dalam media pembelajaran yang ada hanya,
papan tulis, spidol, meja kursi, gambar, DVD, tipe recorder, dan proyektor, maka
untuk solusinya guru menggunakan media yang ada dan menggunakan kreatif sendiri.
Sedangkan dalam pembelajaran adanya media menurut Zaikah Daradjat (2008: 231)
media pendidikan terbagi beberapa macam seperti bahan bacaan (buku bacaan,
Koran, majalah, dll), alat-alat pandang dan dengar (papan tulis, bagan,
diagram, gambar, peta, globe, audio, proyektor, dll), media yang bersumber dari
masyarakat dan alam (tingkah laku di masyarakat budaya, siswa langsung belajar
di luar kelas belajar bersatu dengan alam).
Di
Darul Lughah guru masih kesulitan mengontrol aktifitas bahasa para santri
dikarenakan kamar ustad dan santri berjauhan dan juga kesibukan kuliyah.
Sebagaimana di ungkapkan ust Najibuddin pada hari Senin, 04 Maret 2013 bahwa,
kami masih kesulitan dalam mengontrol bahasa santri sehari-hari karena sibuk
kuliyah. Solusinya adalah para ustad
memasang mata-mata atau jasus diantara santri secara bergantian untuk mengawasi
santri yang tidak berbahasa Arab. Sedangkan tugas guru menurut Musbikin, Imam (2010: 6) guru adalah yang
membimbing dan yang mengajari hingga memiliki bekal yang memadai untuk
menghadapi zamannya, yang selalu mengawasi anak murid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar