Senin, 30 September 2013

BAB V PEMBAHASAN HASIL TEMUAN



BAB V
PEMBAHASAN HASIL TEMUAN
            Dalam pembahasan ini, akan digambarkan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan dan hasil data yang diperoleh melalui beberapa teknik pengumpulan data dan prosedur penelitian, sehingga dapat ditarik ksimpulan.
1.      Metode Pembelajaran Muhadatsah di PP. Darul Lughah
      Metode pembelajaran muhadatsah di PP. Darul Lughah menggunakan metode elektik  dapat diartikan metode kombinasi atau gabungan, Hermawan (2011:196) mengatakan, “yang dimaksud dengan gabungan disini bukan menggabungkan semua metode sekaligus, tetapi suatu metode tertentu dipandang dapat mengatasi metode yang lain, teknik metode eklektik dapat dilakukan dengan cara menyajikan bahan pelajaran asing didepan kelas dengan melalui bermacam-macam kombinasi beberapa metode, misalnya metode elektik yang di pakai PP. Darul Lughah adalah metode ceramah, Tanya jawab, dan diskusi.

      Metode ceramah yang dipakai dalam pembelajaran di PP. Darul Lughah adalah guru membaca dan menjelaskan materi pelajaran tersebut, para santri mendengarkan dan memperhatikan apa yang dijelaskan guru. Sebagaimana yang telah dikatakan pengasuh pondok Darul Lughah KH. A. Ghazali, Lc bahwa kami menggunakan metode tersebut ketika menjelaskan pelajaran, jadi guru menjelaskan dan santri memperhatikan. Sebagaimana menurut Daradjat dan Zakiyah (2008: 289), seorang guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu tertentu (waktu terbatas) dan tempat tertentu pula. Dilaksanakan dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian terhadap sesuatu masalah, cara tersebut sering juga disebut dengan metode kuliyah.
         Sedangkan kelebihan dan kekurangan metode ceramah tersebut ialah, pertama dalam waktu relative singkat dapat disampaikan bahan pelajaran dengan sebanyak-banyaknya, kedua organisasi kelas lebih sederhana. Ketiga guru dapat menguasai kelas dengan mudah walaupun jumlah muridnya banyak, Keempat metode fleksibel dalam artian jika waktu terbatas maka pelajaran dapat disingkat mengambil intisarinya saja, dll. Kekurangannya adalah, pertama guru sukar mengetahui kemampuan murid, kedua para murid cenderung bersifat fasif, ketiga guru terlalu mengejar target sejumlah bahan yang banyak, sehingga pelaksanaan lebih bersifat pemompaan. Sebaiknya guru harus menjelaskan jam khusus yang akan dipelajari para murid, mempertimbangkan kembali apa cocok atau tidak, bahan ceramah dapat menarik perhatian dan minat murid, dapat memberi pesan dan pengertian kepada murid. Setidaknya metode ceramah di selingi dengan variasi yang lain. Maka dari hal ini pondok pesantren Darul Lughah menggabungkan metode ini agar pelaksanaan pembelajaran lebih efektif. 
         Metode Tanya jawab dalam pembelajaran di Darul Lughah adalah ketika guru selesai menjelaskan dengan metode ceramah guru memberikan kesempatan kepada murid untuk bertanya kalimat yang belum di pahami atau kalimat-kalimat yang sulit, terkadang juga guru yang bertanya kepada murid untuk melihat sebatas mana pemahaman mereka tentang pelajaran tersebut.  Sebagaimana yang dijelaskan oleh KH. A. Gazali, Lc selain kami menggunakan metode ceramah kami juga menggunakan metode Tanya jawab agar pengajar tahu sejauh mana pemahaman mereka dalam pelajaran. Sedangkan menurut Daradjat dan Zakiyah (2008:308), adalah salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada merode ceramah. Ini disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauhmana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang teleh diceramahkan. Sedangkan kelebihan dan kekurangan metode ini ialah, pertama situasi kelas lebih hidup karena para murid aktif berpikir dan menyampaikan buah pikirannya selalui Tanya jawab, kedua sangat positif untuk melatih anak agar berani mengungkapkan pendapat dengan lisan secara teratur, ketinga murit akan sungguh-sunggu dalam dalam mengikuti pelajaran karena untuk mempersiapkan pertanyaan. Kelemahannya adalah, pertama terjadi perbedaan pendapat diantara murid maka akan menyita banyak waktu, kedua, kemungkinan akan menyimpang dari pokok pembahasan.
         Metode diskusi yang dipakai Darul Lughah dalam pembelajarannya  adalah, setelah guru menjelaskan dan murid memahaminya maka guru membuat kelompok untuk melakukan diskusi dengan topik ditentukan oleh guru yang berkenaan dengan judul pelajaran, hal ini tidak selamanya di peraktekkan di akhir pelajaran tetapi yang rutin dilaksanakan pada malam Minggu. Sebagaimana yang di ungkapkan Ust Najibuddin bahwa, “kami melakukan diskusi dalam pembelajaran tidak sebanyak muhadatsah yang berpasang-pasangan, tapi kami rutin melakukan diskusi pada malam minggu”.  Sebagaimana  dalam metode ini menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilaksanakan oleh PP. Darul Lughah sangat mendukung sekali dalam melatih berbicara Bahasa Arab. Menurut Daradjat dan Zakiyah (2008:292), dalam dunia pendidikan metode diskusi ini mendapat perhatian karena dengan diskusi akan merangsang murid-murid berpikir atau mengeluarkan pendapat sendiri, metode ini biasanya erat dikaitkan dengan metode lainnya, misalnya metode ceramah, karyawisata dan lain-lain, hal ini diperkuat oleh Hermawan (2011:136) secara umum keterampilan berbicara bertujuan agar para pelajar mampu berkomunikasi lisan secara baik dan wajar dengan bahasa yang mereka pelajari.
         Sedangkan kelebihan dan kekurangan dari metode diskusi ialah, pertama suasana kelas menjadi hidup, kedua, menggerakkan perhatian dan pikiran kepada permasalahan yang sedang dibahas, ketiga dapat mempertinggi prstasi pribadi seperti semangat toleransi, jiwa demokrasi, kritis dalam berpikir, dll, keempat anak-anak dilatih mematuhi peraturan, kelima sebagai pengalam berharga nanti dimasyarakat. Sedangkan kekurangan metode diskusi ialah, pertama tidak selamanya mudah bagi murid untuk mengatur cara-cara berpikir sistimatis dan rapi, kedua biasanya guru kesulitan mendunga penyelesaiian dan hasil diskusi karena waktu yang digunakan cukup panjang. Sebaiknya tehnik-tehnik yang wajar adalah pertama apakah sudah menjelaskan maalah-masalah pokok, kedua masalah-masalah yang baru timbul apakah diserahkan kepada forum atau dijawab oleh guru, ketiga bagaimana untuk menggugah partisipasi murid-murid dalam diskusi, keempat bagaimana sikap guru dalam terhadap pembahasan yang salah, kelima dapatkah tatatertip terpelihara selama diskusi.
         Dari pembahasan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode yang dipakai PP. Darul Lughah adalah metode elektik yaitu kombinasi antara metode ceramah, tanya jawan, dan diskusi. Tetapi selain itu peneliti tertarik pada metode yang dilakukan oleh PP. Darul Lughah pada setiap hari Kamis pagi bahwa mereka bermuhadatsah dengan mencari bahan sendiri dan topik ditentukan oleh guru pengajar misalnya di lingkungan kamar mandi mereka mencari apasaja yang ada di kamar mandi ditulis dan ditambah kata kerja seputar kamar mandi oleh pengajar, setelah itu mereka langsung bermuhadatsah memperaktekkan dari hasil temuan yang diawasi oleh guru pengajar. Sebagai mana yang telah di ungkapkan oleh pegasuh pondok metode ini dinamakan muhadatsah ­hurroh atau muhadatsah yang tidak pernah putus harus berbicara terus.
         Yang di maksud dengan metode bermain peran  yang dilakukan PP. Darul Lughah ialah guru memberikan tugas kepada beberapa murid atau dibagi perkelompok misalnya meragakan situasi di pasar, sebagaimana yang dikatakan Ust, Faiz “terkadang ketika mengajar saya memberikan tugas kepada santri untuk mempersiapkan praktek memperagakan situasi di pasar, masjid, dll. Sesuai dengan kemampuan mereka dalam berbicara baik itu sendiri-sendiri maupun perkelompok. Sedangkan menurut Hermawan adalah, “Pada aktivitas ini guru memberikan tugas peran tertentu yang harus dilakukan oleh para pelajar” (2011: 141) 
         Sistim pembelajaran yang digunakan Darul Lughah adalah sistim Prosedur Pengembangan Sistim Instruksional (PPSI) sebagaimana yang diungkapkan oleh KH. A. Gazali, Lc. Pembelajaran muhadatsah di Darul lughah sudah mempunyai tujuan, yaitu agar supaya santri bisa berkomunikasi secara aktif bukan pasif, aktif dalam artian santri bisa memahami kitab dan tahu nahu sharafnya, dan bisa berbicara dengan siapa saja. Sudah mempunyai materi pelajaran yaitu dengan menggunakan kitab Mihadatsah dan Muthala’ah Arabiyah. Mempunyai metode yang mana metodenya menggunakan metode gabungan antara metode ceramah, Tanya jawab, dan diskusi. Dan mempunyai alat evaluasi yaitu dengan cara berbicara langsung dengan santri, evaluasi setiap akhir pelajaran, dan ada evaluasi akhirnya evaluasi lisan tan tulisan yang diadakan setahun dua kali. Sedangkan menurut Imansjah Alipandle PPSI adalah suatu bentuk pengajaran yang diatur menurut suatu sistem, yaitu sebagai suatu kesatuan yang terorganisir, yaitu terdiri dari sebuah komponen yang saling berhubungan antara satu dengan yang  lain, dalam rangka mencapai suatu tujuan. Komponen yang harus ada dalam PPSI antara lain adalah, materi pelajaran, metode mengajar, alat atau media, evaluasi, dan lain-lain yang kesemuanyan saling berintraksi guna mencapai tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu (1984:163).
         Langkah-langkah pokok dalam PPSI, merumuskan tujuan instruksional umum dan khusus, menetapkan materi atau bahan pelajaran, menentukan alat pelajaran, menetapkan alat evaluasi. Sebagaimana hasil wawancara, dokumentasi dan observasi bahwa di PP. Darul Lughah telah menentukan langkah-langkah tersebut yaitu pertama tujuan umum sebagaiman telah di ungkapkan KH. A. Gazali, Lc, tujuannya adalah agar santri bisa berbicara Bahasa Arab dengan siapapun, sedangkan tujuan khususnya murid bisa memahami tentang nahwu, sharaf, dan kitab kuning. Sedangkan materinya muhadatsah dan muthala’ah muhadatsah. Media atau alat-alat mengajarnya seperti, papan tulis, sepidol, gambar, tipe recorder, proyektor. Untuk alat evaluasi PP. Darul Lughah yaitu berbentuk tes, tes tulis dan tes lisan yang diadakan setiap dua kali dalam satu tahun, dan ada juga tes langsung yaitu guru bermuhadatsa langsung dengan murid ketika pelajaran muhadatsah. 
         Pembagian kelas yang ada di PP. Darul Lughah yaitu dibagi tiga Ibtida’, mutawassit, dan mutaqoddim, sebagai mana yang telah di kemukakan oleh pengasuh  pondok Darul Lughah KH. A. Gazali, Lc bahwa “pembelajaran disini kami bagi menjadi tiga kelas agar tingkat pemahaman pelajaran bisa diseimbangkan, karena dari mereka pemahamannya tidak sama”. Ibtida’ adalah tingkat pemula yang tingkat pemahaman Bahasa Arabnya masih rendah, sedangkan mutawassit adalah tingkatan pemahamannya sedang yaitu sudah mulai memahami Bahasa Arab, dan mutaqoddim adalah tingkatan tertinggi atau tingkat terakhir di dalam jenjang pembelajaran, jadi untuk menentukan tingkatannya bukan dilihat dari ijazah dan umur tapi dari pemahaman Bahasa Arabnya. Sebagaimana menurut Howard Gardner kecerdasan bisa di bagi Sembilan yaitu, Kecerdasan bahasa, logika matematika, spasial, music, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, naturalistic, eksistensial (2008: 5). Sedangkan untuk menentukan tingatan kelas di Darul Lughah adalah hanya menggunakan kecerdasan bahasa.
         Langkah-langkah pembelajaranya adalah;  pertama, mukaddimah pada tahap ini guru harus mengupayakan bagaimana mengkonsentrasikan perhatian murid kepadanya. Kedua, bacaan percontohan (qiraah namudzajiyah) pada langkah ini guru harus membaca berulang kali teks al-muhadatsah (materi pelajaran) dan diikuti peserta didik. Ketiga menerjemah teks. Pada langkah ini guru menterjemah teks muhadatsah jika dibutuhkan. Keempat membaca perorangan (qiro’ah fardiyah) pada langkah ini guru menunjuk beberapa murid membaca kembali untuk meyakinkan sejauh mana kemampun murid dalam menirukan intonasi dan makhrajil huruf sebagaimana yang telah di contohkan sebelumnya. Kelima menghafal teks muhadatsah, Keenam penerapan muhadatsah dimana setiap dua orang dari mereka dibuat brhadap-hadapan dalam posisi duduk atau berdiri, Ketujuh Pengelompokan disini guru mensetting peserta didik menjadi kelompok-kelompok agar dapat bersaing antara satu kelompok dengan kelompok lain, Kedelapan Pengembangan materi muhadatsah, sedangkan untuk tingkat Ibtida’ kedelapan adalah evaluasi.  Dan yang terakhir adalah evaluasi, yaitu guru berkomunikasi langsung dengan murid.
         Jadi dalam prakteknya penggunaan metode mengajar tidak digunakan sendiri-sendiri, tapi merupakan kombinasi dari beberapa metode-metode mengajar. Mengigat metode ceramah banyak segi yang kurang menguntungkan, maka harus didukung dengan alat, media atau metode-metode lain, karena itu setelah guru memberikan ceramah maka dipandang perlu memberikan kepada murid mengadakan Tanya jawab. Tanya jawab ini di perlukan untuk mengetahui pemahaman murid terhadap apa yang telah disampaikan guru melalui metode cerama, untuk lebih memantapkan penguasaan siswa terhadap bahan yang telah disampaikan, maka tahap selanjutnya siswa di beri tugas misalnya membuat tugas kesimpulan ceramah, pekerjaan rumah, diskusi, dan sebagainya, diakhir diskusi diberi beberapa tugas yang harus dikerjakan saat itu juga maksudnya untuk mengetahui hasil yang dicapai, seperti menyimpulkan hasil diskusi dan diberikan kepada guru pengajar. Sedangkan di PP. Darul Lughah sama halnya dengan apa yang telah di jelaskan oleh, Saiful Bahri (2010: 49) yaitu menggunakan metode gabungan antara metode ceramah, diskusi, dan Tanya jawab, dan diakhir pelajaran ada muhadatsah, diskusi dan melaporkan hasil diskusi kepada guru pengajar.
         Di PP. Darul Lughah mengadakan bimbingan bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikan strata satu di Timur Tengah setelah peneliti datang kelapangan pada hari Senin, 04 Maret 2013.  “Bahwa ada beberapa santri yang datang dari berbagai daerah seperti Sampang, Pamekasan, dll. Mereka mendapatkan bimbingan terlebih dahulu yaitu pada hari Jum’at pagi, itu semua untuk mempersiapkan materi pemberangkatan Darul Lughah menjadi tempat bimbingan karena pengasuh Darul Lughah adalah alumni Timur Tengah dan juga setiap mengirim santri ke sana langsung diterima atau lulus tes, maka dari itu banyak yang mondok kesana sebelum pemberangkatan”. Dan juga di PP. Darul Lughah mengadakan pondok Ramadhan atau membuka kursus umum untuk semua golongan yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan baik itu mahasiswa maupun anak SD yang kelasnya dibagi sesuai dengan tingkat kemampuan bahasanya. Sebagaimana yang dikatakan oleh pengasuh pondok PP. Darul Lughah adalah, “setiap bulan Ramadhan kami membuka kursusan umum tidak memandangan yang mendaftar masih SD ataupun mahasiswa yang terpenting mereka mau belajar dan pembagiannya sesuai dengan tingkat kemampuan bahasa mereka, dan alhamdullah tahun ini santri meningkat dari tahun sebelumnya tahun kemaren 350 tetapi tahun sekarang meningkat menjadi 410 santri”.
2.      Kendala-Kendala Pembelajaran Muhadatsah Di PP Darul Lughah
Kendala interen dan exteren, kendala interen ialah kurangnya disiplin waktu dalam pembelajaran, santri sering terlambat, setelah peneliti beberapa kali berkunjung ke tempat penelitian untuk mengamati pembelajaran beberapa kali juga murid datang ketika pelajaran sudah dimulai.  Kurangnya bakat santri sehingga santri jarang mengukuti perlombaan sebagai mana yang di ungkapkan Ust Faiz, santri disini jarang mengikuti perlombaan-perlombaan dan beliau tidak menjelaskan mengapa jarang mengikuti perlombaan. Di PP. Darul Lughah tidak mempunyai organisasi santri, jadi semua bentuk kegiatan dan pembelajaran tergantung kepada pengasuh dan para guru.
Sedangkan menurut Abu Ahmadi (2005:104) faktor interen yaitu fisiologis (kondisi fisiologis umum dan kondisi panca indra), psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif) Ekstren yaitu lingkungan (alam dan sosial), instrumental (kurikulum, program/bahan, sarana dan fasilitas, guru).
         Sedangkan kendala di PP. Darul Lughah kurangnya minat sehingga santri malas masuk kelas, bagi santri kelas ibtida’ mereka masih kesulitan dalam berbicara Bahasa Arab atau bermuhadatsah. kedua tingkat kecerdasannya berbeda-beda sehingga bagi santri yang belum hapal tidak masuk kelas dengan berbagai alasan. Motivasi mereka dalam belajar ialah kalau kelas satu termotivasi karena mereka harus bisa berbicara Bahasa Arab, dan kelas akhir mereka termotivasi karena jika nilai dan Bahasa Arabnya baik maka akan mudah untuk melanjutkan ke perguruan luar negeri.
         Faktor ekstren dihadapi PP. Dalur Lughah adalah faktor lingkungan karena posisi bagunannya berada di pinggir jalan jadi jika kendaraan lewat maka proses belajar akan terganggu. Menurut Abu Ahmadi (2005:104) Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia maupun hal-hal yang lainnya. Lingkungan sosial yang lain, seperti suara pabrik, hiruk piruk lalau lintas, gemuruhnya pasar, dan sebagainya. Ini sebagai faktor ekstern dari hal lingkungan.
         Di PP. Darul Lughah masih kekurangan dalam hal sarana karena dalam pembelajarannya menggunakan masjid sebagai kelas, dalam media pembelajaran yang ada hanya, papan tulis, spidol, meja kursi, gambar, DVD, tipe recorder, dan proyektor, maka untuk solusinya guru menggunakan media yang ada dan menggunakan kreatif sendiri. Sedangkan dalam pembelajaran adanya media menurut Zaikah Daradjat (2008: 231) media pendidikan terbagi beberapa macam seperti bahan bacaan (buku bacaan, Koran, majalah, dll), alat-alat pandang dan dengar (papan tulis, bagan, diagram, gambar, peta, globe, audio, proyektor, dll), media yang bersumber dari masyarakat dan alam (tingkah laku di masyarakat budaya, siswa langsung belajar di luar kelas belajar bersatu dengan alam).
         Di Darul Lughah guru masih kesulitan mengontrol aktifitas bahasa para santri dikarenakan kamar ustad dan santri  berjauhan dan juga kesibukan kuliyah. Sebagaimana di ungkapkan ust Najibuddin pada hari Senin, 04 Maret 2013 bahwa, kami masih kesulitan dalam mengontrol bahasa santri sehari-hari karena sibuk kuliyah.  Solusinya adalah para ustad memasang mata-mata atau jasus diantara santri secara bergantian untuk mengawasi santri yang tidak berbahasa Arab. Sedangkan tugas guru menurut Musbikin, Imam (2010: 6) guru adalah yang membimbing dan yang mengajari hingga memiliki bekal yang memadai untuk menghadapi zamannya, yang selalu mengawasi anak murid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar