Senin, 30 September 2013

BAB IV LAPORAN PENELITIAN



BAB IV
LAPORAN PENELITIAN
A.    Paparan Data dan Temuan Penelitian
1.      Paparan Data
a.      Metode Pembelajaran Muhadatsah di Pondok Pesantren Darul Lughah Waddirosatil Islamiyah
Pondok Pesantren Darul Lughah Waddirosatil Islamiyah menggunakan semua metode tapi mereka lebih fokus kepada maharotul kalam, sebagai mana yang telah dijelaskan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Darul Lughah KH. Ahmad Ghazali, Lc, M.HI, saat diwawancarai di rumahnya pada hari Senin, 04 Maret 2013. Beliau menjelaskan:

Program yang kami gunakan di sini PP. Darul Lughah sagat konferensip dari empat metode pembelajaran Bahasa Arab yaitu Maharotul Kalam, Maharotul Qiro’ah, Maharotul Kitabah, dan Maharotul Istima’. Dari keempat metode yang paling sedikit istima’ dan yang paling dominan disini adalah maharotul kalam, Semuanya kami gunakan dalam pembelajaran Bahasa Arab tapi kami lebih memfokuskan dalam Maharatul Kalamnya.
Metode pembelajaran Muhadatsah di Pondok Pesantren Darul Lughah Waddirosatil Islamiyah Palengaan adalah menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, dan diskusi, sebagaimana ditegaskan oleh pengasuh Pondok Pesantren Darul Lughah Palengaan pada hari Senin, 04 Maret 2013. Beliau mengatakan:
Kami menggunakan metode dengan variatif seperti ceramah, Tanya jawab, dan diskusi. Setiap pelajaran kami menggunakan metode tersebut. Kalau pelajarannya satu jam kami menggunakan ½ jam dengan menggunakan ceramah yang di campur Arab dan Indonesia, di mulai Tanya jawab antara santri dan ustad ataupun sebaliknya ustad bertanya kepada santri selama ¼ jam. Kemudian pelajaran tersebut di diskusikan, setelah diskusi hasil diskusi di laporkan kepada guru pengajar dengan bergantian tapi diutamakan kepada santri yang kurang dalam berbahasa untuk melaporkan hasil diskusi.
Pendapat tersebut diperkuat oleh Ust Najibuddin sebagai guru muhadatsah ketika diwawancarai di kediaman beliau. Pada hari Senin, 04 Maret 2013, beliau mengatakan:
Pertama diartikan atau di terjemah kemudian dibaca lalu pertanyan, saya menanya, murid menjawab dan juga sebaliknya murid bertanya saya menjawab, yang terakhir adalah muhadatsah berdua antara temannya paling lama 5-10 menit.
Jadi dalam pembelajaran muhadatsah di PP. Darul Lughah Waddirosatil Islamiyah menggunakan penggabungan antara metode ceramah, Tanya jawab, dan diskusi sebagaimana observasi peneliti pada proses belajar mengajar pada hari Senin, 04 Maret 2013 pukul 07.00-08.15 WIB, berikut hasilnya: yang di maksud metode ceramah ialah guru menjelaskan pelajaran sedangkan murid hanya mendengarkan dan memperhatikan apa yang dikatakan guru. Setelah menjelaskan pelajaran guru memberikan kesempatan kepada murid untuk bertanya pada kalimat-kalimat yang belum dipahami, di akhir pelajaran guru bertanya kepada murid untuk memastikan sejauh mana tingkat pemahaman murid tentang pelajaran tersebut. Setelah semuanya paham murid dibagi perkelompok untuk melakukan diskusi dengan tema di tentukan oleh pengajar yang berkaitan dengan judul pelajaran. Terkadang di akhir pelajaran murid di bagi berpasang-pasangan untuk melakukan muhadatsah.
Kitab yang dijadikan sumber pembelajaran yaitu, المحادثة ,والمطالعة العربية,  المطالعة/القراءة sebagaimana yang telah di jelaskan oleh pengasuh Pondok Pesantren Darul Lughah Waddirosatil Islamiyah, saat diwawancarai di kediaman beliau pada hari Senin, 04 Maret 2013. Beliau  menjelaskan:
Kitab-kitab yang dijadikan sumber pembelajaran yaitu, المحادثة والمطالعة العربية, المطالعة/القراءة
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Ust. Najibuddin selaku pengajar Bahasa Arab ketika diwawancarai di kamar pondoknya pada hari Senin, 04 Maret 2013. Beliau mengatakan:
Kitab-kitab yang dijadikan sumber pembelajaran yaitu, المحادثة والمطالعة العربية, المطالعة/القراءة
Hal ini diperkuat oleh data yang peneliti peroleh dari bagian akademik Ust. Rasyid yang didapat pada hari Jum’at, 02 November 2012, sebagai berikut: Materi pelajaran Bahasa Arab meliputi muhadatsah, muthala’ah, saraf, qawaid, balaghah, Fathul qorib, insya’, kailani, ta’lim muta’lim, jurumiah, imriti.
Tujuan pembelajaran Muhadatsah di pondok pesantren Darul Lughah Waddirosatil Islamiyah secara umum semuanya sama sebagaimana ditegaskan oleh KH. A. Gazali, Lc.,M.HI selaku pengasuh PP. Darul Lughah Waddirosatil Islamiyah saat diwawancarai di kediaman beliau pada hari Senin, 04 Maret 2013. Beliau mengatakan:
Tujuan utama kami dalam pembelajaran Bahasa Arab ini adalah bagaimana santri berkomunikasi secara aktif bukan pasif, aktif dalam artian bisa memahami kitab dan juga tahu dalam nahwu shorofnya, bisa berbicara baik itu dengan orang Arab atau siapa saja yang bisa berbicara Bahasa Arab santri bisa berkomunikasi, bukan hanya menyalahkan dalam kaidahnya saja tapi bisa untuk berbicara.
Pendapat tersebut di perkuat oleh Ust. Rosyid bagian akademik PP. Darul Lughah Waddirosatil Islamiyah bahwa: “Tujuan umum pembelajaran Bahasa Arab disini adalah bagaimana santri bisa menguasai Bahasa Arab, tujuan khususnya santri bisa dalam berbicara, nahuw, sharof, dan kitab kuning”.
Sistem pembelajaran Bahasa Arab Muhadatsah di PP. Darul Lughah Waddirosatil Islamiyah adalah menggunakan sistem Prosedural Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Karena dalam pembelajaran muhadatsah sudah ada tujuan pembelajarannya yaitu, materi, kegiatan belajar mengajar, dan kitabnya sudah ditentukan, yaitu kitab المحادثة والمطالعة العربية. Demikian metode dan evaluasinya sama-sama ada. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Ust. Najibuddin saat diwawancarai di kamar pondok beliau pada hari Senin, 04 Maret 2013. Beliau mengatakan:
Tujuan pembelajaran Bahasa Arab sudah ada, dan juga materi pelajaran mengikuti apa yang telah ada dalam kitab. Kalau untuk metodenya tergantung pada gurunya dan juga ada metode khusus yang dibuat untuk pembelajaran Bahasa Arab, sedangkan untuk ujiannya ada ujian lisan dan ujian tulis yang diadakan setiap akhir semester.

Pendapat tersebut di perkuat oleh Fathur Rozi salah satu santri PP. Darul Lughah Waddirosatil Islamiyah saat ditanya tentang pembelajaran muhadatsah dia menjawab “Kami belajar muhadatsah mengikuti apa yang ada dibuku, dan untuk ujiannya dua kali dalam setahun”.
b.      Kendala-kendala Yang di Hadapi PP. Darul Lughah
Setelah peneliti mengamati di tempat penelitian PP. Darul Lughah Waddirosatil Islamiyah Pamekasan, masih ada kendala-kendala yang di hadapi pondok dalam pembelajaran Muhadatsah seperti kemalasan santri, media, guru, dan lingkungan.
Pertama kendala pada santri, yaitu santri terkadang malas untuk mengikuti program karena diantaranya bagi mereka yang belum hafal tugas hafalan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Fathur Rozi salah satu santri Darul Lughah, dia mengatakan bahwa: “Kadang teman-teman tidak mengikuti program karena belum hafal ketika diberi tugas hafalan”.
Sebagaimana hal ini juga diungkapkan oleh pengasuh pondok ketika di wawancarai di kediaman beliau pada hari Senin, 04 Maret 2013.  Beliau mengatakan:
Kalau kendala yang kami hadapi kebanyakan minat santri yang kadang-kadang melemah dan bahwasanya malas. Untuk solusinya kami sebagai pengasuh pondok harus terjun langsung ke lapangan untuk memberikan motivasi kepada mereka yang sedang lemah atau malas. Motivasi yang kami berikan berupa memberi mereka nasehat betapa pentingnya Bahasa Arab pada zaman sekarang, akibat bagi orang-orang yang pemalas, dll.
Sedangkan kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran Muhadatsah adalah kurangnya media pembelajaran, sebagaimana yang di ungkapkan oleh Ust. Najibuddin ketika di wawancarai di kamar beliau pada hari Senin, 04 Maret 2013. Beliau mengatakan:
Kendala yang kami hadapi dalam pembelajaran Bahasa Arab dan muhadatsah khususnya, adalah kurangnya media pembelajaran disini adanya hanya papan tulis, sepidol, tipe recorder, sound aktif dan proyekror. 
Inilah kendala yang dihadapi pengajar dalam pembelajaran muhadatsah, hal ini juga sesuai dengan hasil observasi peneliti pada hari Senin, 04 Maret 2013. Berikut hasilnya: ketika peneliti mengunjungi kantor untuk mengambil data peneliti melihat dikantor hanya ada tipe recorder, sound aktif, dan komputer.  
Sedangkan solusinya adalah guru harus kereatif dengan menggunakan media yang ada, sebagaimana yang di ungkapkan Ust. Najibuddin ketika di wawancarai di kamar beliau pada hari Senin, 04 Maret 2013. Beliau mengatakan: Untuk solusinya, kami menggunakan media yang ada seperti sound aktif dan gambar yang dibuat dengan kreatif pengajar sendiri.
Sedangkan kendala bagi ustad adalah pertama kurangnya kontrol kepada para santri khususnya pengawasan dalam percakapan sehari-hari Berbahasa Arab, hal ini sebagaimana ditegaskan oleh ustad Najibuddin ketika di wawancarai di kamar beliau pada hari Senin, 04 Maret 2013. Beliau mengatakan:
Kendala yang kami hadapi adalah kurangnya kontrol dari kami sebagai ust untuk mengontrol bahasa mereka dalam sehari-hari, sehingga dari mereka masih ada berbicara bahasa Indonesia. Sedangkan untuk solusinya kami menggunakan jasus atau mata-mata untuk mengawasi siapa diantara mereka yang tidak menggunakan Bahasa Arab.

Setelah peneliti mengamati di lapangan peneliti mendapatkan bahwa, yang menjadi kendala kurangnya kontrol dari ust adalah lokasi antara  kamar santri dan kamar ust dibedakan dilain bangunan dengan jarak sekitar dua puluh meter, dan juga sebagian dari ust masih kuliah di beberapa perguruan tinggi Pamekasan. Inilah menjadi kendala para ust yang mengajar disana.

Sedangkan kendala yang terakhir adalah lingkungan sebagaimana setelah peneliti berkunjung ke tempat penelitian, peneliti melihat bahwa lingkungan di sana adalah lingkungan terbuka di tengah-tengah masyarakat jadi para santri bebas, kalau tidak ada perhatian khusus maka santri banyak yang melanggar.
   Jadi peneliti dapat simpulkan kendala yang dihadapi pondok dalam pembelajaran muhadatsah adalah ketika datang kemalasan santri dalam belajar, dikarenakan mereka belum mengerjakan tugas,  solusinya yaitu pengasuh turun langsung kelapangan untuk memberikan motivasi kepada santri, kendala kedua yang di hadapi guru pengajar adalah kurangnya media, solusinya guru menggunakan media yang ada dan menggunakan kreatif sendiri, kendala ketiga bagi guru, mereka kesulitan mengontrol aktifitas bahasa para santri dikarenakan jarak antara kamar ust dan santri dan kesibukan kuliyah. solusinya adalah para guru memasang mata-mata atau jasus diantara santri secara bergiliran. Dan yang terakhir adalah faktor lingkungan dimana lingkungannya terbuka ditengah-tengah masyarakat dan letak bangunan di pinggir jalan umum sehingga mereka sering berbaur kalau tidak ada perhatian khusus maka banyak dari santri yang melanggar.
2.      Temuan Penelitian
Dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, peneliti menemukan sebagaimana berikut:
Setelah peneliti mengamati dari kegiatan pembelajaran Muhadatsah di Darul Lughah mereka menggunakan metode Muhadatsah hurroh, metode ini ialah santri harus berbicara terus dan bahan muhadatsahnya mereka mencari sendiri. Selain itu PP. Darul Lughah menggunakan metode bermain peran (al-tamtsil) ialah guru memberikan tugas kepada murid untuk diperagakan. PP. Darul Lughah membagi tahapan pembelajaran dengan tiga tingkatan yang sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing, yaitu Ibtida’, Mutawassit, dan Mutaqoddim. Megadakan bimbingan bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikan di Timur Tengah. Setiap bulan Ramadhan Darul Lughah selalu membuka kursus Bahasa Arab untuk umum.
Kendala yang dihadapi pondok dalam pembelajaran muhadatsah adalah, kendala intern ialah kurangnya disiplin waktu dalam pembelajaran, santri sering terlambat. Kurangnya bakat santri sehingga santri jarang mengikuti perlombaan. Dan di PP. Darul Lughah tidak mempunyai organisasi santri, jadi semua bentuk kegiatan dan pembelajaran tergantung kepada pengasuh dan para guru. Sedangkan kendala ekstern ialah Lokasi pondok terbuka dan berada di pinggir jalan umum. Kurangnya fasilitas kelas karena sebagian tempat aktifitas belajar masih menggunakan masjid, kurangnya aplikasi metode pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar